Mari Menanam Sendiri Paprika Secara Organik, Di Lahan Terbuka, Tanpa Greenhouse
Sudah bukan rahasia, membudidaya prapika umumnya dilakukan secara hidroponik di dalam bangunan yang dikenal dengan istilah rumah kaca (greenhouse), atau paling tidak rumah plastik dari bambu. Karena budidayanya dilakukan secara hidroponik, di mana makanan/nutrisinya diberikan secara super intensif dan komplit, tidak mengherankan bila pertumbuhan dan hasil panennya bisa sangat bagus. Pembudidaya paprika umumnya terkonsentrasi di daerah-daerah dataran tinggi dengan suhu dingin, misalnya saja di Megamendung (Bogor), Lembang (Bandung), Bedugul (Bali), dsb.
Seperti yang sahabat ketahui, harga paprika di pasaran sangat tinggi, terlebih di pasar-pasar modern seperti supermarket. Hal ini menjadi magnet tersendiri bagi para penggiat agrobisnis untuk membudidaya paprika. Selain memang untungnya bikin ngiler, harganya pun relatif stabil karena pesaing masih terbatas. Namun sayangnya, budidaya paprika umumnya hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja, yakni mereka yang berkantong tebal. Ini dikarenakan biaya produksi dan sarana prasarananya sangat mahal, terutama gedungnya itu sendiri. Harga nutrisi/pupuknya saja 1 set (2 sak) nyampe 600rb lebih. Walhasil, Sahabat yang berkantong pas-pasan, mungkin hanya bisa gigit jari… cuma bia liatin nggak bisa ikutan… hehehe.
Nah, sekarang tidak usah galau yah… saya mau nularin ilmu budidaya paprika dengan biaya murah meriah. Hasilnya? insya allah nggak malu-maluin.. Dulu saya nanam paprika organik hidroponik dengan biaya cuma 1/3 dari budidaya ala hidroponik kimia greenhouse. Jadi kalo misalkan budidaya di greenhouse ngabisin biaya 10rb-12rb/pohon, maka dengan teknik anak gunung spt sy cuma ngabisin sekitar 3rb-4rb per pohon. Syaratnya cuma dua: mupuknya jangan pakai nutrisi kimia, nyemprotnya jangan pakai pestisida kimia..
Banyak yang penasaran pupuk apa yang saya gunakan untuk budidaya paprika ini… kok, tanpa nutrisi kimia pun hasilnya bagus..?
Sebetulnya tidak ada yang istimewa dari pupuk dasar dan pupuk kocornya. Saya hanya menggunakan kompos dan pupuk kandang biasa, dan campuran bahan-bahan alami di sekitar dengan komposisi tertentu. Tetapi memang untuk urusan bunga dan buah, saya menggenjotnya dengan POC BMW dan NOPATEK, digabung. Kombinasi keduanya alhamdulillah dapat memacu produksi buah paprika sehingga lebih lebat dan berkualitas. Bila cuma mengandalkan “energi” dari pupuk kompos saja, hasilnya bisa dibilang standar saja… di mana sangat bergantung pada kualitas kompos yang bersangkutan.
(bersambung…)
Sudah bukan rahasia, membudidaya prapika umumnya dilakukan secara hidroponik di dalam bangunan yang dikenal dengan istilah rumah kaca (greenhouse), atau paling tidak rumah plastik dari bambu. Karena budidayanya dilakukan secara hidroponik, di mana makanan/nutrisinya diberikan secara super intensif dan komplit, tidak mengherankan bila pertumbuhan dan hasil panennya bisa sangat bagus. Pembudidaya paprika umumnya terkonsentrasi di daerah-daerah dataran tinggi dengan suhu dingin, misalnya saja di Megamendung (Bogor), Lembang (Bandung), Bedugul (Bali), dsb.
Seperti yang sahabat ketahui, harga paprika di pasaran sangat tinggi, terlebih di pasar-pasar modern seperti supermarket. Hal ini menjadi magnet tersendiri bagi para penggiat agrobisnis untuk membudidaya paprika. Selain memang untungnya bikin ngiler, harganya pun relatif stabil karena pesaing masih terbatas. Namun sayangnya, budidaya paprika umumnya hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja, yakni mereka yang berkantong tebal. Ini dikarenakan biaya produksi dan sarana prasarananya sangat mahal, terutama gedungnya itu sendiri. Harga nutrisi/pupuknya saja 1 set (2 sak) nyampe 600rb lebih. Walhasil, Sahabat yang berkantong pas-pasan, mungkin hanya bisa gigit jari… cuma bia liatin nggak bisa ikutan… hehehe.
Nah, sekarang tidak usah galau yah… saya mau nularin ilmu budidaya paprika dengan biaya murah meriah. Hasilnya? insya allah nggak malu-maluin.. Dulu saya nanam paprika organik hidroponik dengan biaya cuma 1/3 dari budidaya ala hidroponik kimia greenhouse. Jadi kalo misalkan budidaya di greenhouse ngabisin biaya 10rb-12rb/pohon, maka dengan teknik anak gunung spt sy cuma ngabisin sekitar 3rb-4rb per pohon. Syaratnya cuma dua: mupuknya jangan pakai nutrisi kimia, nyemprotnya jangan pakai pestisida kimia..
Banyak yang penasaran pupuk apa yang saya gunakan untuk budidaya paprika ini… kok, tanpa nutrisi kimia pun hasilnya bagus..?
Sebetulnya tidak ada yang istimewa dari pupuk dasar dan pupuk kocornya. Saya hanya menggunakan kompos dan pupuk kandang biasa, dan campuran bahan-bahan alami di sekitar dengan komposisi tertentu. Tetapi memang untuk urusan bunga dan buah, saya menggenjotnya dengan POC BMW dan NOPATEK, digabung. Kombinasi keduanya alhamdulillah dapat memacu produksi buah paprika sehingga lebih lebat dan berkualitas. Bila cuma mengandalkan “energi” dari pupuk kompos saja, hasilnya bisa dibilang standar saja… di mana sangat bergantung pada kualitas kompos yang bersangkutan.
(bersambung…)
Comments
Post a Comment