7 Hal Vital dalam Merawat Benih Sayuran Organik di Pembibitan

Pertanian organik memang sebisa mungkin harus menyeluruh, meskipun pada prateknya hal tersebut sulit diwujudkan secara total 100%. Pertanian organik, bukan semata berbicara bagaimana tanaman dipupuk dan disemprot menggunakan bahan-bahan atau produk-produk organik, melainkan satu kesatuan yang tak terpisahkan dari perlakuan-perlakuan kita terhadap tanaman dari awal sampai akhir, mengikuti konsep atau pola organik, yang menjunjung kelestarian dan “keramahtamahan” lingkungan. Bertani organik, bukan sekedar fokus sejak awal tanam sampai tanaman dibongkar atau dipanen. Melainkan harus dimulai sejak penyemaian atau bahkan sejak seleksi bibit/benih itu sendiri.
Nah, melalui artikel kali ini, kita akan belajar bagaimana merawat benih itu, terutama untuk sayuran dan palawija yang akan ditanam secara organik. Hal-hal atau faktor-faktor apa saja yang sangat vital atau paling berpengaruh pada pertumbuhan benih. Bagaimana kita memperlakukan benih-benih di persemaian agar menghasilkan benih siap tanam yang berkualitas, pertumbuhan yang bagus, terhindar dari penyakit, dan rendahnya tingkat kegagalan atau kematian benih. Perlu Sahabat Organik ketahui, masa-masa pembibitan (seedling) merupakan fase-fase kritis, di mana banyak faktor yang mempengaruhinya. Kesalahan sedikit saja yang kita lakukan, akan berimbas pada kegagalan benih. Faktanya, kegagalan pembibitan benih seringkali berawal dari perlakuan kita dalam perawatan benih yang bersangkutan.
Yuk, Menanam Terong Lalap Bersama BMW !
Sekarang, mari kita kupas faktor-faktor apa saja yang perlu mendapat perhatian lebih dalam perawatan benih.
1. Cahaya/Sinar Matahari
“Apakah benih tanaman memerlukan sinar matahari?” Pertanyaan ini seringkali sampai ke telinga saya berulang-ulang dari para petani. Aneh, pikir saya. Kenapa hal sederhana ini masih saja dipertanyakan, kenapa masih banyak yang belum faham peran dari sinar matahari untuk tanaman? Padahal para petani tersebut sudah bertahun-tahun bergelut dengan pertanian. Namun, itulah realita yang ada… smile emotikon
Gambar 1. Untuk bisa tumbuh dengan baik, benih di pembibitan membutuhkan cahaya matahari
Masih ingat pelajaran di sekolah, cahaya matahari berperan penting dalam fotosintesis, yakni suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh tanaman, terutama tanaman yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Proses fotosintesis ini dibutuhkan tanaman dari mulai usia awal sampai akhir. Oleh karena itu benih di persemaian yang tidak mendapat sinar matahari akan menyebabkan benih tumbuh tidak normal, di mana batang akan memanjang tipis dan lemah, disertai penampakan tanaman yang pucat. Sekecil apapun cahaya/sinar matahari yang masuk akan memancing reaksi dari benih. Bila sahabat menyimpan benih di tempat gelap atau minim cahaya, Sahabat akan amati bahwa benih umumnya akan “menyambut” cahaya tersebut dengan melengkungkan “tubuhnya” ke arah sumber cahaya.
Meskipun benih membutukan cahaya matahari, namun intensitasnya perlu dibatasi
Gambar 2. Meskipun benih membutukan cahaya matahari, namun intensitasnya perlu dibatasi
Condongnya benih menuju sumber cahaya menunjukkan adanya proses fototropisme, yakni gerak tropisme akibat rangsangan cahaya matahari. Fototropisme ini berkaitan erat dengan hormon tumbuh auksin yang terdapat pada ujung tanaman. Pada bagian batang yang terkena cahaya, zat tumbuh lebih sedikit daripada sisi yang tidak terkena cahaya. Akibatnya, sisi batang yang terkena cahaya mengalami pertumbuhan lebih lambat daripada sisi batang yang tidak terkena cahaya, sehingga batang membelok ke arah cahaya karena auksin di bagian yang terkena sinar matahari mengalami penguraian sehingga pertumbuhan pada bagian tersebut terhambat. Sebaliknya, auksin pada sisi yang tidak terkena sinar tetap bekerja normal.
Pertanyaannya adalah, seberapa banyak cahaya/sinar matahari untuk pembibitan? Inilah yang harus kita fahami dengan baik. Benih di pembibitan memang membutuhkan sinar matahari, namun intensitasnya tidak sebanyak yang dibutuhkan tanaman dewasa. Bila sinar matahari berlebih, bibit yang kondisinya lemah akan stres dan bahkan mati. Oleh karena itu penting untuk menaungi bibit menggunakan tudung tembus cahaya yang bisa menyerap sinar matahari beberapa persen, contohnya adalah plastik UV atau plastik tebal. Kadar 50 – 80% adalah kondisi yang ideal untuk pembibitan.
Gambar 3. Contoh konstruksi sungkup/naungan untuk pembibitan.
2. Suhu
Selain sinar matahari, tanaman di pembibitan juga memerlukan suhu yang ideal. Ibarat tubuh kita sendiri, suhu yang terlalu ekstrim akan terasa menyiksa, begitu pun yang dirasakan tanaman. Kisaran suhu optimal untuk pembibitan adalah 15-30 oC. Jika suhu terlampau dingin atau panas, maka penting diambil tindakan penyesuian, misalnya dengan memasang pemanas/pendingin (sesuai kebutuhan), atau membuka/menutup tirai naungan.
3. Udara
Sama seperti manusia, tanaman pun membutuhkan udara untuk tumbuh sehat dan normal. Maka pastikan aliran udara tetap terpenuhi dengan baik di pembibitan. Pastikan tudung atau naungan semai tidak menutupi 100% pembibitan Anda, namun memiliki sisi-sisi yang mengalirkan udara dengan leluasa.
4. Air dan Kelembapan
Tidak dipungkiri, air sangat diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman. Air bukan semata sebagai pelarut sel tanaman, namun juga sebagai media pengangkutan unsur-unsur hara di dalam tanah.
Untuk mendukung pertumbuhan yang sehat, benih di pembibitan membutuhkan kondisi sedikit lembap, dan kelembapan ini harus terus terjaga setiap waktu. Kelembaban udara ideal adalah 70-80%. Oleh karena itu penyiraman menjadi wajib terutama pada kondisi cuaca panas/kering. Ingat bahwa benih di pembibitan adalah bayi tanaman yang lemah. Bila media kekeringan, tak jarang menyebabkan tanaman mati serempak. Setidaknya, Sahabat harus menyiram 2-3 kali sehari pada kondisi cuaca kering. Namun bila kelembapan tinggi, misalnya di musim penghujan, maka pastikan untuk menjaga kondisi pembibitan jangan sampai terlalu lembab. Dalam situasi ini, penyiraman terkadang tidak diperlukan, atau mungkin hanya satu kali dalam sehari. Kelembapan yang terlalu tinggi terutama akibat penyiraman yang berlebihan atau media tersiram air hujan, seringkali mengakibatkan gagal benih, di mana benih menjadi busuk akibat serangan cendawan atau benih mati karena akar kesulitan “bernafas”.
Bagaimana cara menyiram yang baik?
Dalam penyiraman benih, pastikan dilakukan dengan hati-hati. Siraman yang terlalu kuat/deras dapat menyiksa benih, terkadang mematahkan batangnya, atau melemparkan benih keluar dari media semai. Hindari mengguyur langsung menggunakan ciduk atau menyemprot dengan air selang bertekanan tinggi. Namun gunakan alat penyiram yang ideal, misalnya gembor/embrat, atau bisa juga botol/gelas plastik yang dibolongi bagian bawahnya.
Gembor/embrat, perangkat yang ideal untuk menyiram benih dengan aman.
Gambar 4. Gembor/embrat, perangkat yang ideal untuk menyiram benih dengan aman.
Gambar 5. Untuk penyiraman skala hobby, Sahabat bisa menggunakan botol/gelas plastik yang dilubangi bagian bawahnya
Air yang digunakan untuk menyiram sebaiknya berkadar garam rendah dan bebas polutan. Adapun pH air yang optimum berkisar 5-7. Hindari menggunakan air PAM yang mengandung kaporit, karena bisa membunuh mikroorganisme (terutama bakteri) menguntungkan yang terkandung dalam media semai.
Berikut ini kami tampilkan perkembangan dari pertumbuhan bibit terong kita yang merupakan seri lanjutan dari artikel sebelumnya: Yuk, Menanam Terong Lalap Bersama BMW ! Nampak bahwa pertumbuhan benih begitu sehat dan pesat.
Hari ke-3 setelah semai (dari kecambah).
Gambar 6. Hari ke-4 setelah semai (dari kecambah). Nampak mulai muncul bakal daun pertama. Usahakan jaga kelembapan pada kisaran sedang (seperti nampak pada gambar).
Hari ke-4 setelah semai. Bakal daun pertama semakin melebar.
Gambar 7. Hari ke-5 setelah semai. Bakal daun pertama semakin melebar. Bahkan bakal daun kedua pun muncul.
5. Perlukah Pemupukan?
Ada juga pertanyaan yang sering saya terima: “Apakah benih di persemaian perlu dipupuk?”
Banyak petani yang saya temui memberikan beberapa butir NPK atau Urea pada persemaian mereka, dengan harapan bibit mereka tumbuh subur. Namun kenapa bibit mereka tumbuh merana? Pertumbuhannya lambat, batang kurus dan berwarna merah-keunguan. Begitu pula daun-daunnya kerdil, pucat dan kekuningan.
Sahabat, saya katakan bahwa kompos adalah media yang sangat baik untuk pembibitan. Dengan kompos yang berkualitas, tanaman di pembibitan insya allah bisa tumbuh dengan baik dari mulai pengecambahan sampai siap tanam, tanpa harus menambahkan atau melakukan pemupukan susulan, apalagi dengan melibatkan pupuk kimia. Permasalahannya adalah, banyak petani yang langsung saja menggunakan PUPUK KANDANG MENTAH (tidak dikomposkan dahulu) dicampur dengan tanah untuk media semai mereka. Atau, petani menggunakan kompos namun dengan pengomposan yang tidak sempurna alias belum matang. Hal inilah yang kebanyakan menjadi masalah pada kurang “joss”-nya pertumbuhan tanaman di pembibitan. Bahkan seringkali, pupuk kandang yang belum matang membawa bibit penyakit pada pembibitan. Celakanya, bibit penyakit ini sering terbawa dan menyebar sampai tanaman dipindah tanam dan tumbuh dewasa di ladang!
Sebagaimana yang dijelaskan pada artikel sebelumnya, kami sama sekali tidak melibatkan pupuk kimia untuk media pembibitan terong lalap kami ini. Namun kami menggunakan pupuk kandang yang telah dikomposkan dengan baik. Hasilnya, Sahabat bisa saksikan sendiri bahwa tanaman di persemaian kami tumbuh subur.
Dengan hanya mengandalkan kompos pun, bibit kami tumbuh subur bur..
Gambar 8. Dengan hanya mengandalkan kompos pun, bibit kami tumbuh subur bur..
Bagaimana jika sudah terlanjur, bagaimana menerapi bibit yang kerdil dan pertumbuhannya terhambat? Kalau memang demikian, Sahabat bisa menambahkan/menaburkan kompos berkualitas pada media semai tersebut. Sekali lagi, kompos tersebut harus benar-benar matang. Jika memang kepepet, silakan beli saja ke toko pertanian terdekat. Atau, sahabat bisa menyemprotan/menyiramkan POC BMW pada pembibitan tersebut. Cukup sekali saja (dari awal sampai siap tanam) yakni pada usia 10-15 hari, karena kalau keseringan takut tanamannya terlalu montok.
Dengan menyemprotkan POC BMW, tanaman di pembibitan menjadi melesat dan siap tanam lebih cepat. Gambar di bawah ini menunjukkan bibit terong kami pada usia 14 hari. Pertumbuhannya memang pesat, saat ini sudah ada 3-4 helai daun sempurna. Sepertinya sudah siap tanam 3 hari kemudian.
Penyemprotan dengan POC BMW menjadi alternatif untuk melesatkan pertumbuhan bibit di persemaian
Gambar 9. Penyemprotan dengan POC BMW menjadi alternatif untuk melesatkan pertumbuhan bibit di persemaian
6. Perlindungan dari Gangguan
Hama: serangga, ulat, semut, kutu-kutuan. Hama seperti serangga sangat menyukai renyah dan manisnya daun-daun tanaman di pembibitan. Oleh karena itu perlindungan dari serangan hama mutlak diperlukan. Menaruh semai di atas panggung bambu dan pemasangan sungkup/naungan dapat membantu mengamankan benih dari hama. Bila diperlukan, penyemprotan insektisida organik bisa lebih membantu. Kami menggunakan ANTILAT untuk tujuan ini.
Penyakit: jamur dan bakteri patogen. Ancaman penyakit biasanya muncul pada saat kondisi media semai terlalu basah atau lembap. Maka dari itu pastikan Sahabat tidak menyiram benih secara berlebihan, atau media semai terendam akibat air hujan.
Hewan liar: ayam, burung, kucing, kambing, dll. Ini sudah jelas, terutama jika Sahabat menyemai benih di sekitar perumahan penduduk. Ayam akan mencakar benih sampai amburadul, dan menyantap daun tanaman sampai ludes. Meskipun jarang terjadi, burung bisa mencuri biji-biji (tanaman tertentu) yang kita semai. Kucing liar sering juga “bobo” santai di atas persemaian, menindih benih. Kambing penduduk yang dilepas liar bisa terpikat menyantap hijaunya daun-daun di persemaian.
Manusia: anak-anak, pencuri. Anak-anak? sudah jelas banyak yang usil. Di beberapa daerah, pencurian bibit marak terjadi, terutama di sentra-sentra budidaya palawija dan tanaman perkebunan.
Cuaca/faktor alam: hujan, terik matahari, angin. Silakan dipertimbangkan bagaimana cara mengantisipasinya. Jawaban/solusinya pasti tidak jauh dari: penggunaan sungkup naungan!
7. Transplanting
Selanjutnya tahap akhir dari tugas perawatan benih adalah transplanting atau proses pemindahan tanaman dari pembibitan ke ladang/lahan pertanian, dalam artian penanaman. Untuk menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan baik dan sehat, transplanting perlu memperhatikan kaidah-kaidah atau teknik-teknik yang baik.
Wassalamu’alaikum…





Comments